Tana Toraja, IDNtribune.com – Sebanyak 20 warga telah meninggal dunia akibat tanah longsor yang terjadi di dua wilayah di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, pada Sabtu malam (13/4/2024).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan bahwa pemerintah di daerah rawan longsor perlu lebih sigap dalam melihat tanda-tanda bencana.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa semua peralatan untuk deteksi dini bencana tanah longsor – mulai dari indikasi kawasan rawan hingga peringatan cuaca – sudah disediakan bagi pemerintah daerah. Sehingga, seharusnya bencana yang menelan jiwa bisa dihindari.

“Jadi penanggulangan bencana ini, ujung tombaknya pemerintah daerah. Sekarang informasi apa lagi yang diperlukan? Peta daerah sudah ada, peta risikonya sudah ada. Terus sekarang, prakiraan cuaca BMKG alatnya sudah ada di situ.”

Menurutnya, “Teknologi praktisnya untuk melihat gejala alam sudah kami ajarkan. Proses belajar ini juga harus kita dorong ke pemerintah daerah.”

Theofilus Allorerung, Bupati Tana Toraja, menyatakan bahwa sebelum terjadi bencana tanah longsor yang menewaskan 20 warga, pemerintah daerah sudah memberikan imbauan kepada warga.

Theofilus justru mengeklaim pembukaan lahan menggunakan racun yang dilakukan warga adalah salah satu faktor penyebab tanah longsor.

“Jika tidak bijak menggunakan racun untuk tanaman itu, maka tanah akan kering dan jika tidak dikelola lebih lanjut ketika ada hujan dengan intensitas tinggi tidak menutup kemungkinan akan ada banjir maupun longsor, ini saran untuk kita semua,” ujarnya.

Lukas Tarukkada, seorang warga Dusun Putu yang selamat dari bencana tanah longsor, bercerita bahwa banyak korban yang tertimbun longsor karena salah satu warga mengadakan acara keluarga di rumah dekat perbukitan.

“Ada acara keluarga di salah satu rumah warga yang ada di RT Palangka, jadi pada kumpul saat hujan deras. Mereka tidak menyangka akan terjadi longsor,” ujar dia.

Dalam konteks ini, langkah-langkah pencegahan seperti penggunaan pestisida yang bijak, serta sosialisasi tentang reboisasi untuk menjaga keberlanjutan lingkungan menjadi sangat penting untuk mencegah bencana serupa di masa mendatang. ***