IDNtribune.com – Jejak langkah masing-masing anak manusia tak bisa ditebak. Jalan yang dilalui pun tiada yang tahu dan memahaminya. Ada yang lempang, ada pula yang berkelok, tapi bisa saja ada yang licin dan mulus.

Gunadi Karjono, pengusaha kelahiran Semarang, Jawa Tengah yang kini bermukim di Tangerang, Banten merasakan pula hal itu.

Pada 2009, ia berkenalan dengan Lettu Inf. Evid Nirwan, Pasintel Yonif 203/AK. Ia mengundang Gunadi mengikuti Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Yonif 203/Ak yang bersamaan tanggal dengan Hari Ulang Tahun TNI 5 Oktober di lingkungan satuan Yonif 203/Arya Kamuning – yang saat itu belum menjadi batalyon mekanis.

Bagi orang sipil murni seperti Gunadi, tentu saja ini seperti keberkahan tersendiri. Sebagai orang yang tidak punya keterkaitan dengan satuan militer, undangan ini begitu dihargainya.

Tak berhenti di situ saja, tak begitu lama, saat serah terima Letkol Inf Masduki ke Letkol Inf Farouk Pakar sebagai Komandan Yonif Mekanis 203/AK, ia pun ada dalam daftar undangan. Sebagai warga negara biasa, ia merasa istimewa. Olehnya, saat hening cipta di upacara serah terima, ia berdoa agar hubungan ini tak cuma sebatas undangan demi undangan saja tapi bisa membawa keberkahan dan jadi jalan pengabdiannya untuk ‘Merah Putih’.

Alhasil, do’anya terwujud. Pada 2011-2012, saat Yonif 203/AK dipimpin Letkol Inf Aditia Nindia Pasha, ia diajak berdiskusi dan menuangkan ide untuk mengelola lahan tidur milik satuan tempur milik Kodam Jaya ini. Setelah beberapa kali pertemuan didapatlah kata sepakat. Di atas lahan tidur seluas 2.000 meter persegi itu mereka mengusahakan budidaya Papaya California. Saat itu, upaya mereka berhasil. Panen papaya berlimpah, sebagian dijual dan sebagian besar dikonsumsi oleh anggota serta keluarganya. Usaha mereka dalam mengelola lahan tidur ini diganjar penghargaan oleh Kodam Jaya sebagai pemenang dalam Lomba Pembinaan Satuan (Binsat).

Sejak itu, Gunadi makin dikenal di lingkungan pasukan pengaman Ibu Kota ini. Ia bahkan kerap menyebut dirinya secara jenaka sebagai Danki P atau Danki Pepaya di Yonif 203/AK. Pertemanannya pun meluas. Tak cuma sebatas perwira, tapi juga dengan para bintara dan tamtama.

Sebagian kisah ini terungkap pada Podcast Pojok Tentara – Teladan Nusantara yang diampu Komandan Yonif Mekanis 203/AK 2004–2005 Brigjen Inf Purn Amrizar.

Brigjen Amrizar mengaku sangat terkesan dengan sumbangsih Gunadi Karjono di lingkungan TNI, khususnya di Yonifmek 203/AK. Sebagai mantan komandan pasukan penjaga keamanan Ibu Kota itu, ia merasa perlu untuk mendengarkan mengapa pengusaha kesehatan dan perbekalan ini tertarik untuk mendukung satuan TNI hingga ke medan operasi.

“Ini demi merah putih, Jenderal. Dan saya juga merasa terhormat dan bangga bisa diundang ke Podcast Pojok Tentara yang Jenderal ampu,” sebut Gunadi yang tampil mengenakan noken, tas tradisional Papua.

Di kesempatan sama, Brigjen Purn Amrizar menjelaskan makna nama Podcast Pojok Tentara.

“Jadi itu Tentara bukan institusi tetap akronim Teladan Nusantara. Saya mengundang sesiapapun yang bisa menjadi teladan dan inspirasi bagi masyarakat luas,” jelas Amrizar.

Podcast Pojok Tentara – Teladan Nusantara – yang diampu Brigjen Purn Amrizar.

Kisah Gunadi kemudian berlanjut dalam Podcast yang tayang hampir 1 jam itu. Ia mengisahkan, pada awal Juni 2022, Kopral Satu Denny Silaban mengabarkan bahwa mereka akan ditugaskan ke Lanny Jaya, Papua di wilayah Provinsi Papua Pegunungan. Awalnya, Silaban hanya ingin menitip pesan sekiranya ia mengalami sesuatu yang tak diinginkan di wilayah tugas operasi, ia mau anaknya dapat disekolahkan oleh Gunadi. Orang yang dititipi pesan pun mahfum. Medan tugas yang akan dituju oleh Silaban memang bukan wilayah aman.

Sebab dianggap sebagai kakak, Gunadi berpesan pada Silaban agar tak pernah lengah dan mengutamakan kehati-hatian dalam bertugas. Saat itu, ia mengganggap Silaban dan para prajurit di batalyon ini sudah seperti keluarganya. Empatinya pun kian menguat.

Gunadi memikirkan cara bagaimana ia harus mendukung satuan yang akan bertugas di Papua, sehingga diterima dengan baik di daerah tugas. Didukung semua personel pos yang bertugas, melalui Silaban dicarikanlah cara menggalang dukungan masyarakat di daerah mereka bertugas.

Sarana penggalangan atau sargal dalam bahasa militer, dicarikan Gunadi secara pribadi. Ia mengirimkan dukungan insektisida lingkungan untuk fogging/pengengendalian vektor penyakit Malaria, menginggat Papua adalah daerah endemi. Lalu, mengingat Papua didiami oleh mayoritas Umat Kristiani, disiapkanlah ratusan kalung salib dari kayu dan buku-buku kerohanian Kristen.

Dukungan sargal ini membuat komunikasi sosial atau komsos yang diupayakan oleh pasukan ini membuahkan hasil. Pos Malagayneri yang semula tak diterima masyarakat setempat, akhirnya perlahan bisa diterima sepenuh hati oleh warga Distrik Malagayneri.

Material lain untuk sargal juga ditambah. Kali ini, Silaban melihat bahwa masyarakat setempat pada umunnya menikmati kopi untuk acara penting dan sakral. Adapun warga secara umum mempunyai keterbatasan sandang yang dipunyai, utamanya para mace-mace. Maka dicarikanlah daster batik grosiran yang tentu saja masih baru, bukan bekas pakai ataupun mahal. Ternyata daster batik yang dikirimkan itu sangat disukai oleh mace-mace. Bagi mereka di sana, itu adalah barang mahal dan mewah.

Dari upaya komsos dengan beragam sargal itu akhirnya berujung pada bakti sosial dan kemanusiaan. Semua personel Yonif Mekanis yang ditempatkan di delapan pos di wilayah Lanny Jaya terlibat aktif. Membenahi gereja, rumah pendeta dan rumah tetua, hingga membangun Monumen Kasih Karunia di Malagayneri. Termasuk membangun fasilitas MCK untuk meningkatkan kesehatan dan kebersihan lingkungan masyarakat setempat.

Soal monumen itu dicatat oleh Gunadi sebagai sesuatu yang monumental, tak cuma simbol agama, tetapi juga ke depannya diharapkannya sebagai titik awal kebangkitan, perkembangan sosial ekonomi dan kebudayaan masyarakat setempat. Ia berharap itu akan membawa kemakmuran dan kesejahteraan serta membawa kehidupan yang penuh kasih dan damai.

Sebelum Podcast berakhir, Gunadi sempat membacakan puisi yang menggambarkan bagaimana spiritnya dalam menjalin hubungan dengan para prajurit TNI. Menurutnya, apa yang dirasakan oleh para prajurit juga dirasakannya dengan baik. Olehnya, ia selalu ingin mendukung mereka, bahkan hingga ke medan operasi.

Di akhir Podcast, Brigjen Amrizar berharap Gunadi Karjono terus menjadi sahabat para prajurit dan keluarga besar TNI yang baik sehingga bisa memberi inspirasi bagi pengusaha-pengusaha lainnya dengan tujuan sama; Menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa. ***