Yogyakarta, IDNtribune – Nur Ilham adalah pelukis kelahiran Banyuwangi tahun 1971 dan pernah menempuh pendidikan seni rupa di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Bali. Pada saat ini adalah pameran tunggal Nur Ilham pertama yang diselenggarakan di Jiwa gallery Yogyakarta dengan tajuk “Menangkap realitas”. Tema tersebut terinspirasi dari pengamatan saya terhadap beberapa karyanya yang realistik tentang objek-objek keseharian dengan teknik aquarel yang cukup artistik. Teknik aquarel adalah teknik melukis cat air dengan warna transparan dengan sapuan basah. Nur memiliki kepekaan yang tinggi dalam menangkap objek yang dilukisnya secara natural dan cermat juga terkadang beberapa bagian dibiarkan mblobor (merembas) dan akhirnya menjadi bagian artistik lukisan tersebut. Perpaduan antara hal-hal tentang objek nyata dan abstraksi terjalin secara menarik dalam lukisan-lukisan Nur Ilham. Sangat terasa ada kepekaan dalam menangkap objek realitas yang diekspresikan didalam karya-karyanya.

  • “Reunion” watercolor on paper, 76x56cm, 2019

Dalam karya Nur Ilham terlihat perpaduan antara rasio dan ilusi dimana objek dan latar belakang tidak lagi dilukis apa adanya, akan tetapi kecermatan menangkap karakter objek kemudian masih diolah dengan sedikit abstraksi. Sejak realisme muncul abad 17 setelah jaman klasikisme dan romantikisme seniman mulai berfikir tentang hal-hal yang kasat mata tanpa ilusi. Pada mazab itu seniman sepertinya yang dianggap dapat mengabadikan sebuah momen bersejarah tentang perang maupun peristiwa penting lainnya. Begitu juga alasan Nur Ilham melukis realis adalah dengan menggunakan teknik aquarel dan realistik tersebut dia dapat mengabadikan objek dan peristiwa secara nyata. Sejak tahun 2016 Nur Ilham mulai fokus melukis realis dengan media cat air dengan teknik aquarel yang sebelumnya banyak menggunakan media cat minyak. Selain mengabadikan momen yang dia dapatkan saat melukis adalah agar pesan yang dia sampaikan dapat ditangkap apresian secara mudah dan nyata. Ini sering terjadi pada para pelukis realis bahwa message (pesan) adalah hal yang sangat penting, berbeda dengan pelukis abstrak yang karyanya sangat multi interpretasi dan banyak membangun ilusi. Mari kita simak karyanya yang berjudul “Badut”, cat air di kertas,76X56cm,2022. Lukisan dengan objek badut dengan posenya yang lucu sedang menari dengan membawa alat musik. Lukisan ini memberi pesan bahwa ada sebagian potret masyarakat kita yang memang hidupnya mencari nafkah dari mengamen di jalanan. Lukisan tersebut berlatar belakang abstraksi atas warna-warna campuran yang digores dengan teknik basah. Ada sebuah lukisannya yang membuat saya kagum adalah yang berjudul “Reunion”,cat air di kertas,76X56cm,2019. Sebuah lukisan dengan objek tumpukan sepeda usang yang sebagian besinya sudah berkarat. Objek sepeda-sepeda pada lukisannya digarap dengan cermat dan proporsional namun sebagian dari sepeda itu seperti ruji,rantai,roda dibuat dengan sapuan basah mblobor (merembas) namun menjadi nampak lebih elegan karya tersebut. Judul “Reunion” dalam lukisan tersebut memberi pengertian dimana sepeda yang dulunya semua baru pada akhirnya bertemu kembali dalam tumpukan sepeda usang yang oleh Nur Ilham dijadikan ide lukisan yang apik. Ada lukisan Nur yang menurut saya temanya cukup bisa mewakili potret kelas bawah sebuah masyarakat kita yaitu karyanya yang berjudul “Ending a hard day”,cat air di kertas,56X38cm,2023. Lukisan tersebut menggambarkan seorang lelaki naik motor dengan membawa setumpuk barang-barang bekas yang melebihi kapasitas kendaraan yang digunakannya. Betapa ini adalah sebuah potret masyarakat yang hidupnya sangat keras dalam mengais rejeki. Masih banyak lukisan Nur Ilham yang temanya cukup menarik tentang realitas yang dia tangkap.

  • “Badut”, watercolor on paper, 76x56cm, 2022
  • “Kakek Tersenyum”, watercolor on paper 56x36cm, 2022

Tema lukisan Nur Ilham rata-rata adalah menangkap objek keseharian yang dia temukan dalam kehidupannya. Objek tersebut dia tangkap lewat indera mata dan kemudian dia olah lewat gagasan dalam sebuah pemikiran yang unik dan realistik. Menurut Nur objek-objek yang dia temukan dalam lukisan itu seolah bernyawa dan terjadi hubungan dialogis antara dia dan objek yang dia lukis. Hal ini merupakan spirit yang tumbuh pada diri seniman ketika perkawinan terjadi antara objek dan gagasan seniman pada sebuah proses kreatif kesenian. Nur Ilham lebih banyak melukis objek yang dia sukai secara masif (kuat) dari pada seperti pelukis aquarel lainnya yang banyak melukis land scape (pemandangan alam). Melukis objek secara realistik menurut saya tidaklah mudah sebab dibutuhkan skill yang mumpuni dan pengalaman yang panjang, apalagi melukis makhluk hidup sangat membutuhkan proporsi anatomi dan karakter yang tepat dan sesuai. Sepertinya hal tersebut bagi Nur Ilham adalah kebiasaan dia sehari-hari saat berkarya. Ketika saya mengamati satu persatu lukisan-lukisannya nampak sekali bahwa Nur mampu menggarap objek dengan baik. Dia menggarap tubuh seseorang dengan detail dan tepat karakternya seperti juga objek sandal,sepatu,motor dan sebagainya.

Menengok kebelakang sejarah Realisme kita tidak bisa lupa dengan nama Francisco Goya seorang pelukis Spanyol yag lahir pada tahun 1746, dimana Goya selain melukis dia juga seorang penulis. Goya juga dianggap sebagai pelopor seni modern barat yang banyak melukis objek realis seperti potret,anjing,wanita eksotis dan peristiwa-peristiwa bersejarah di abad 18. Dia sangat piawai dalam menangkap objek yang digoreskan dengan sedikit kasar namun terkadang juga lembut dan warna yang dipilih cenderung klasik. Karya Goya adalah refleksi dari kehidupan kesehariannya dan dia memandang dunia ini tanpa ilusi. Dia banyak melukis potret dan sering dipesan dikalangan istana. Lukisan potret yang cukup terkenal adalah wajah istrinya Josefa Bayeu atau Madame Goya. Kesombongan pelukis beraliran realisme juga pernah dilakukan Gustave Courbet (1819-1877) ketika dia mengatakan “Tunjukkan malaikat kepadaku maka aku akan melukisnya”. Para pelukis beraliran realisme memiliki ideologi tentang hal-hal yang kasat mata dan tidak memperdulikan hal-hal yang bersifat fantasi dan imajiner. Mereka hanya melukis apa saja yang dilihat indera mata. Ketika teknologi semakin maju maka bermunculan pelukis hyper realis yang kwalitas karyanya setara dengan fotografi. Para pelukis hyper realis yang muncul di abad 19 diantaranya adalah Claudio Bravo pelukis asal Chili yang lahir pada tahun 1936. Pelukis hyper realis yang terkenal saat seni kontemporer China muncul dan di apresiasi dunia adalah Leng Jun lahir di Sichuan Tiongkok tahun 1963. Dimana Leng Jun mampu membuat serat baju dengan sangat detail dan rambut perempuan digarap sempurna pada setiap helainya. Karyanya sangat memukau dan kwalitasnya mampu semirip karya fotografi karena detailnya yang begitu kuat. Leng Jun dianggap sebagai seniman kontemporer China dimana pada tahun 2000 awal adalah saat booming lukisan kontemporer China di pasar seni rupa dunia.

  • “Losing the Bond”, watercolour on paper, 56x38cm, 2018

Pada sepuluh tahun terakhir banyak pelukis Indonesia termasuk Yogyakarta mulai tertarik melukis pemandangan alam (land scape) ataupun melukis gedung-gedung perkotaan (city scape). Mereka para pelukis sering berbondong-bondong menuju sebuah lokasi yang dipilih dan melukis bersama seperti yang dilakukan kelompok pelukis jaman impresionisme barat pada abad 18 seperti Claude Monet, Edgar Degas, Auguste Renoir dan lainnya. Namun berbeda dengan apa yang dilakukan Nur Ilham saat melukis. Dia lebih cenderung menangkap objek yang dia sukai kemudian dilukis dan diberi efek basah pada background yang dia lukis. Memang teknik basah pada lukisan aquarel memiliki sifat capaian artistiknya berbeda dengan cat minyak maupun cat akrilik. Pada kenyataannya para kelompok pelukis cat air juga memiliki kesukaan yang sama dengan menggunakan teknik basah (aquarel) pada karyanya. Teknik aquarel ini banyak dilukiskan pada kertas dari pada ke kanvas karena sifat kertas yang lebih mudah menyerap air dan efek yang ditimbulkan berbeda dengan kanvas. Pada awalnya Nur Ilham menggunakan media cat air dengan teknik kering (wet on dry) yaitu teknik basah diatas kering. Teknik tersebut sangat memungkinkan dia dapat mencapai detail pada seluruh bidang kertas seperti saat dia menggunakan media cat akrilik maupun cat minyak. Teknik yang juga sering digunakan Nur sekarang adalah teknik basah diatas basah (wet on wet), dimana tahapannya adalah dengan cara membasahi air bersih keatas kertas kemudian baru menggoreskan warna sesuai yang ingin dilukiskan. Efek yang ditimbulkan adalah warna-warna menjadi berbaur dan memunculkan efek yang tidak terduga sesuai dengan tumpang tindih warna yang digoreskan secara basah. Sudah sekian tahun Nur melukis dengan teknik realis dan saat ini adalah momen bersejarah dimana dia mempresentasikan karya-karyanya pada publik untuk diapresiasi. Setidaknya Nur Ilham adalah salah satu pelukis aquarel Indonesia yang berkwalitas dan karyanya layak untuk diapresiasi.

Sebagai kurator saya sangat tertarik dengan karyanya sejak lama dimana karya Nur Ilham memang cukup kuat secara semiotik. Bagi saya berdialog dengan karyanya adalah suatu hal yang menggairahkan tentang segala realitas yang dia abadikan kedalam lukisannya. Selamat atas pameran tunggalnya “Menangkap realitas” saat ini semoga semakin sukses.

Yogyakarta,20 Oktober 2023

Heri Kris, perupa dan kurator alumni ISI Yogyakarta