Saul dari Tarsus, seorang Farisi di Yerusalem setelah penyaliban dan kebangkitan Yesus Kristus, bersumpah untuk menghapuskan gereja Kristen baru, yang disebut The Way. Kisah Para Rasul 9:1 mengatakan dia “mengucapkan ancaman pembunuhan terhadap murid-murid Tuhan.” Saul memperoleh surat dari imam besar yang memberinya wewenang untuk menangkap pengikut Yesus di kota Damaskus.

Dalam perjalanan menuju Damaskus, Saul dan kawan-kawannya disambar cahaya yang menyilaukan. Saul mendengar suara berkata, “Saul, Saul, mengapa kamu menganiaya aku?” (Kisah 9:4, NIV) Ketika Saulus bertanya siapa yang berbicara, suara itu menjawab: “Akulah Yesus, yang kamu aniaya. Sekarang bangunlah dan masuklah ke kota, dan kamu akan diberitahu apa yang harus kamu lakukan.” (Kisah 9:5-6, NIV)

Saul menjadi buta. Mereka membawanya ke Damaskus menemui seorang pria bernama Yudas, di Jalan Lurus. Selama tiga hari Saul buta dan tidak makan dan minum.

Sementara itu, Yesus menampakkan diri dalam penglihatan kepada seorang murid di Damaskus bernama Ananias dan menyuruhnya pergi menemui Saulus. Ananias takut karena dia mengetahui reputasi Saul sebagai penganiaya gereja yang tidak kenal ampun.

Yesus mengulangi perintahnya, menjelaskan bahwa Saulus adalah alat pilihannya untuk menyampaikan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, raja-raja mereka, dan bangsa Israel. Maka Ananias menemui Saulus di rumah Yudas, sedang berdoa memohon pertolongan. Ananias meletakkan tangannya ke atas Saulus, memberitahunya bahwa Yesus telah mengutus dia untuk memulihkan penglihatannya dan agar Saulus dapat dipenuhi dengan Roh Kudus.

Sesuatu seperti sisik jatuh dari mata Saul, dan dia dapat melihat kembali. Dia bangkit dan dibaptis ke dalam iman Kristen. Saul makan, mendapatkan kembali kekuatannya, dan tinggal bersama murid-murid Damaskus selama tiga hari.

Setelah pertobatannya, Saul dari Tarsus mengubah namanya menjadi Paulus.

Pelajaran dari Kisah Pertobatan Paulus

Pertobatan Paulus menunjukkan bahwa Yesus sendiri menginginkan pesan Injil disampaikan kepada orang-orang bukan Yahudi, menghilangkan argumen apa pun dari orang-orang Kristen Yahudi mula-mula yang menyatakan bahwa Injil hanya untuk orang Yahudi.

Orang-orang yang bersama Saulus tidak melihat Yesus yang bangkit, tetapi Saulus melihatnya. Pesan ajaib ini dimaksudkan untuk satu orang saja, Saulus.

Saulus menyaksikan kebangkitan Kristus, yang menggenapi kualifikasi seorang rasul (Kisah Para Rasul 1:21-22). Hanya mereka yang telah melihat Kristus yang bangkit yang dapat menyaksikan kebangkitan-Nya.

Yesus tidak membedakan antara gerejanya, para pengikutnya, dan dirinya sendiri. Yesus memberi tahu Saul bahwa dia telah menganiayanya. Siapapun yang menganiaya orang Kristen, atau gereja Kristen, sedang menganiaya Kristus sendiri.

Pada saat ketakutan, pencerahan, dan penyesalan, Saul memahami bahwa Yesus adalah Mesias sejati dan bahwa dia (Saulus) telah membantu membunuh dan memenjarakan orang-orang yang tidak bersalah. Meskipun sebelumnya ia percaya sebagai orang Farisi, ia kini mengetahui kebenaran tentang Tuhan dan wajib menaatinya. Pertobatan Paulus membuktikan bahwa Tuhan dapat memanggil dan mengubah siapa pun yang Dia pilih, bahkan orang yang paling keras hati sekalipun.

Saulus dari Tarsus memiliki kualifikasi yang sempurna untuk menjadi seorang penginjil: Ia ahli dalam budaya dan bahasa Yahudi, pendidikannya di Tarsus membuatnya akrab dengan bahasa dan budaya Yunani, pelatihannya dalam teologi Yahudi membantunya menghubungkan Perjanjian Lama dengan Injil, dan sebagai pembuat tenda yang terampil dia dapat menghidupi dirinya sendiri.

Ketika menceritakan kembali pertobatannya kepada Raja Agripa, Paulus berkata bahwa Yesus mengatakan kepadanya, “Sulit bagimu untuk melawan tongkat pemukul.” (Kisah 26:14, NIV) Gawang adalah tongkat tajam yang digunakan untuk mengendalikan lembu atau sapi. Beberapa orang mengartikan hal ini sebagai makna bahwa hati nurani Paulus tersakiti ketika menganiaya gereja. Yang lain percaya bahwa Yesus bermaksud mengatakan bahwa mencoba menindas gereja adalah sia-sia.

Pengalaman Paulus yang mengubah hidup di Jalan Damaskus menuntunnya pada baptisan dan pengajaran iman Kristen. Ia menjadi rasul yang paling gigih, menderita kesakitan fisik yang parah, penganiayaan, dan akhirnya, mati syahid. Dia mengungkapkan rahasianya dalam menanggung kesulitan seumur hidup demi Injil:

“Aku dapat melakukan segala sesuatu melalui Kristus yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13, TB)

Pertanyaan untuk Refleksi

Ketika Allah membawa seseorang kepada iman kepada Yesus Kristus, dia sudah tahu bagaimana Dia ingin menggunakan orang itu dalam pelayanan bagi kerajaan-Nya. Terkadang kita lambat dalam memahami rencana Tuhan dan bahkan mungkin menolaknya.

Yesus yang sama, yang bangkit dari kematian dan mentransformasikan Saul dari Tarsus yang kemudian berganti nama Paulus, juga ingin bekerja dalam hidup Anda. Apa yang dapat Yesus lakukan melalui Anda jika Anda berserah diri seperti Paulus dan memberinya kendali penuh atas hidup Anda? Mungkin Tuhan akan memanggil Anda untuk bekerja secara diam-diam di belakang layar seperti Ananias yang kurang dikenal, atau mungkin Anda akan menjangkau banyak orang seperti Rasul Paulus yang agung. ***