Yogyakarta, IDNtribune.comNahum Suwarsita, pelukis kelahiran Yogyakarta menggelar Pameran Tunggal di G-Printmaking Art Studio di Yogyakarta, 7-17 Oktober 2023 ini. Pameran Tunggal pelukis abstrak luaran Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarya ini diberi tajuk “Enigma”.

Gunadi Karjono, dari PT Vadel Ksatria Samudera Indonesia dan Perhimpunan Karunia Merah Putih saat membuka pameran tunggal itu menyebutkan, “enigma sebagai karya lukis abstrak adalah sebuah kemerdekaan, bagi senimannya dan juga penikmatnya.”

Olehnya, ia meminta, “jangan tergesa-gesa melihatnya. Nikmati saja karyanya secara perlahan.”

Bagi Master of Commerce lulusan University of Western Sydney ini, Enigma menggambarkan sesuatu yang misterius, sulit dipahami, atau sulit dipecahkan.

Gunadi karjono, dari pt vadel ksatria samudera indonesia membuka pameran tunggal lukisan Nahum suwarsita. (foto: dok. pribadi)

“Lukisan abstrak yang ditampilkan Nahum adalah bahasa ungkap visual menggunakan – yang paling utama adalah adanya supremasi murni perasaan seni,” hematnya.

Adapun Heri Kris, yang menjadi kurator pameran ini menyatakan karya Nahum lebih bergaya abstrak tanpa bentuk dan bersifat impulsif. Ekspresinya spontan mengalir tanpa rencana sketsa maupun desain tema. Minim brush stroke dan lebih banyak menggunakan teknik cair ditumpahkan ke kanvas secara intuitif.

“Saat berkarya Nahum selalu berimaji tentang segala hal yang dirasakan saat itu. Cat yang digunakan adalah akrilik dengan medium air bersifat cepat kering sehingga memudahkan Nahum dalam merangkai segala imaji yang dirasakan mengalir. Teknik improvisasi dengan cara membuat tumpang tindih warna menjadikan karyanya lebih berdimensi,” begitu ditulis Heri Kris dalam artikel kurasinya.

Heri Kris, kurator PAMERAN TUNGGAL LUKISAN Nahum SUWARSITA.
(FOTO: DOK. PRIBADI)

Sementara itu, Nahum Suwarsita, sang pelukis menyatakan ia melukis mengikuti intuisi. Ia sengaja memakai bahan akrilik karena lebih fleksibel dan tidak berbau.

“Memang akrilik lebih mahal. Ada yang satu mili harganya sejuta, tapi kita bisa mengakali dengan bahan-bahan yang lebih murah namun mutunya tetap dijaga,” ungkap dia.

Pameran Tunggal ini diniatinya akan membuat lukisannya, kian dikenal dan secara pribadi ia bisa lebih mengembangkan dirinya. Meskipun secara pribadi ia tidak ingin terkenal.

Pelukis yang pernah berpameran di Belanda ini mengapresiasi Gunadi Karjono yang mau mengoleksi lukisannya, sebab selama ini hanya orang-orang tertentu, utamanya orang Eropa yang mau mengoleksi lukisannya.

“Pak Gunadi adalah orang Indonesia pertama yg mengoleksi lukisan saya. Selama ini lebih banyak kolektor luar negeri,” imbuh Nahum. ***