Inside-Out: Dunia Lukis Heri Kris
IDNtribune – Dalam pameran tunggalnya kali ini Heri Kris memamerkan beberapa lukisan dengan tema “Inside-Out” di Limanjawi art house. Tema pameran tersebut artinya adalah apa yang biasanya di dalam berada diluar; yang biasanya tersembunyi terungkap.
About Me | Dimensi: 200 x 140 cm. Media: Campuran di kanvas. Tahun: 2022.
The Most Beautiful Emotion | Dimensi: 200 x 150 cm. Media: Campuran di kanvas. Tahun: 2019
Karyanya banyak dipengaruhi oleh ingatan keadaan masa lalunya disaat dia masih anak-anak dimana dia banyak mengalami frustasi dan kekosongan hidup. Ada beberapa hal, tokoh dan gerakan seni yang waktu itu saya lihat cocok untuk memahami karya Heri Kris diantaranya: automatisme (metode yang dimulai dan dipopulerkan oleh Surrealisme), Art Brut (gerakan sporadis seni yang daya geraknya spontanitas, expresivitas, dan berada di luar dunia akademik) yang salah satu tokohnya adalah Jean Dubuffet; di dekade 1970-an akhir dan 1980-an pendekatan artistik Dubuffet diperkenalkan oleh salah satu pengajar Jurusan Seni Lukis, FSRD ISI Yogyakarta, yang terkenal dengan kepiawaiannya mengolah bidang-bidang bertekstur.
Seaside Imagination | Dimensi: 200X140cm. Media: Campuran dikanvas. Tahun: 2022
Torso | Dimensi:200X140cm. Media: Akrilik di kanvas. Tahun: 2021
Dalam wawancara untuk pameran tunggal kali ini Dubuffet juga muncul beberapa kali. Heri nampaknya begitu terkesan dengan banalitas Dubuffet, juga dengan spontanitas lemparan garis dan goresan paletnya; juga sikap anti-dekorativisme Dubuffet.
Mr. Kaktus | Dimensi 200X140cm. Media: Akrilik di kanvas. Tahun: 2021
Before The Pandemic Came Dimensi: 200X140cm. Media: Cammpuran di kanvas. Tahun: 2019
Heri Kris tidak melukis figur-figur representasional melainkan menuangkan lompatan pikiran, gejolak hati, ide liar, dan pandangannya tentang banyak hal – dari perkara sepele sampai hal-hal politik dan ideologi kenegaraan secara ekspresif, pendek-pendek. Ungkapan ‘sat-set’ dan ‘tas-tes’ (dari bahasa Jawa, baik sekali menjelaskan bagaimana Heri berfikir lewat seninya.
Man in Black | Dimensi: 200X140 cm. Media: Akrilik di kanvas. Tahun: 2019
Troya | Dimensi: 200X140 cm. Media: Campuran di Kanvas. Tahun: 2019.
Spontanitas dan automatisme Heri dalam menggoreskan garis, atau dalam membentuk bidang tertentu, secara langsung maupun tidak dipengaruhi oleh wacana dan visualitas karya-karya dari para eksponen gerakan seni CoBrA – singkatan dari Copenhagen Brussels dan Amsterdam yang mengemuka di akhir dekade 1940an sampai paruh pertama 1950an; namun baru sampai ke ranah pendidikan seni dan menjadi wacana seni modern di tahun 1980an dan 1990an di Indonesia.
Green Cactus | Dimensi: 200X140 cm. Media: !krilik di kanvas. Tahun: 2021.
Fake Gesture | Dimensi: 140 x 70 cm Media: Akrilik, krayon di kanvas. Tahun: 2024
Di samping itu semangat dan luapan ide yang membentuk karakter dan ekspresivitas karya Heri Kris dalam menuangkan image dan ‘teks’ pada kanvasnya, sedikit banyak disemangati oleh oleh karya dan jalan seni Jean-Michel Basquiat.
Three Faces | Dimensi: 140 X 140 cm. Media: Akrilik, krayon, pensil di kanvas. Tahun: 2020
Healthy Torso | Dimensi: 50 x 70 cm. Media: Campuran di kertas. Tahun: 2024
Ia adalah seniman grafiti yang sangat kritis terhadap kemapanan seni pada waktu itu; menghadirkan ekspresivitasnya melalui karakter visual yang berbeda dari media para pelukis konvensional. Heri secara sengaja masih memilih jalan konvensional. Ia masih memercayai greget menarik garis dengan cat; bau cat akrilik masih menyimpan mantra kreatif dalam melemparkan ide-ide unik ke kanvas.
Vacation on A Big Ship | Dimensi: 40 x 60 cm. Media: Akrilik di kertas. Tahun: 024
Surfing Fish | Dimensi: 50 x 72 cm. Media: Akrilik pensil di kertas. Tahun: 2024
Celah linguistik tidak bisa dihindari untuk tidak ketemu. Heri masih konsisten (pinjam kata-kata Heri sendiri) dengan media lama di tengah orang-orang muda yang sudah pakai ipad dan tablet, menggunakan stylus sebagai pengganti kanvas dan pena, serta cat semprot dalam kaleng sungguhan.
Kalau begitu, mau diartikan apa karya-karya Heri kris ini?
Ya sebagai ungkapan yang tidak mesti mengatakan sesuatu secara eksplisit. Anggap saja ini adalah upaya Heri Kris menghadirkan dirinya. Barangkali seni nya itu representasi protes dia, cara dia mengiaskan keadaan masa kini yang semakin lama menjadi ritualistik, atau yang melulu harus mengikuti template. Tetapi di tingkat elit dan di lapisan puncak yang memang kerap terbaca adalah berbagai macam absurditas dalam berbagai aspek yang terekspose.
King of Pop | Dimensi: 48 x 67 cm, Media: Akrilik, pensil di kertas. Tahun: 2024
Chairs as Witness | Dimensi: 50 x 72 cm. Media: Campuran di kertas Tahun: 2024
Ada baiknya saya sertakan disini beberapa poin dari pengalaman Heri Kris, yaitu pengalaman menelusuri lorong yang panjang dan gelap, sampai ia bisa menemukan terang dan jalan keluar; dan ternyata salah satu bekal teknis yang menurutnya sangat bermanfaat adalah kemampuan menggambar dan melukis; yang mana ia dapat mengekspresikan gejolak hati, dan merepresentasi berbagai kegalauan dan kemelut bathin melalui gambar, image, coretan, atau bentuk nirmana; walau absurd sekalipun. Lewat Seni, Heri Kris belajar, gelap dapat terang; bidang gelapan dapat di-cut, digeser, dan di-paste-kan ke tempat lain sebagai bayangan. Trauma masa lalu dapat dikarikaturkan jadi komik. Yang tadinya terpendam secara virtual, di-inside-out-kan jadi image atau/dan teks, guna menghadirkan diri dan nilai yang dijunjungnya.
M. Dwi Marianto (Kurator)
Leave a Reply