IDNtribune.com, Palu – Tak semua tahu di balik sukses Kontingen Pekan Olahraha Nasional (PON) Sulawesi Tengah mendulang banyak medali ada sosok seorang perwira tinggi TNI Angkatan Darat.

Di Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) PON Sulteng ia bak seorang coach. Mengawasi dan membimbing atlet. Saat menjadi Chief de Mission (CMD) kontingen, ia tampil bak komandan pasukan tempur. Mengarahkan dan menetapkan target sembari meningkatkan semangat juang.

Di tengah semangat PON XXI di Aceh Sumatera Utara 2024 yang baru saja usai, sosok Brigjen TNI Dody Triwinarto hadir sebagai salah satu figur sentral. Sebagai Chief de Mission untuk kontingen Sulawesi Tengah, Dody membawa tanggung jawab besar, bukan hanya sebagai perwira tinggi militer, tetapi juga sebagai pemimpin yang memikul harapan seluruh provinsi.

Bagi Dody, olahraga bukan sekadar kompetisi, melainkan sarana untuk membangun semangat persatuan dan kebanggaan daerah. Dengan latar belakang disiplin dan strategi militer yang kuat, ia dipandang tepat untuk memimpin kontingen Sulawesi Tengah dalam ajang nasional ini.

“Ini bukan hanya tentang medali, tetapi tentang bagaimana kita membawa nama Sulawesi Tengah dengan penuh martabat,” ujarnya dalam salah satu pertemuan persiapan.

Tugas sebagai Chief de Mission bukanlah hal yang ringan. Ia harus memastikan bahwa seluruh atlet, pelatih, dan ofisial berada dalam kondisi terbaik untuk bertanding. Di sisi lain, Dody juga bertanggung jawab menjaga semangat kebersamaan di tengah kontingen, sebuah nilai yang senantiasa ia tanamkan selama karier militernya. Kedisiplinan dan kepemimpinannya yang kuat menjadi modal utama dalam membawa kontingen PON Sulteng ke medan pertandingan.

Berada di bawah panji Sulawesi Tengah, Dody menganggap ini sebagai sebuah kehormatan besar. Sebagai perwira TNI, ia terbiasa menghadapi berbagai tantangan di medan perang, namun kali ini, medan yang dihadapi berbeda: arena olahraga. Baginya, meski suasana lebih damai, namun persiapan mental, strategi, dan kerja keras tetap menjadi kunci kemenangan.

Dalam beberapa kesempatan, Brigjen Dody seringkali mengingatkan pentingnya sportivitas kepada para atlet. Baginya, kemenangan sejati adalah bagaimana para atlet bisa menjaga integritas, bermain dengan jujur, dan menjunjung tinggi fair play. Hal inilah yang ia harapkan menjadi ciri khas kontingen Sulawesi Tengah di PON kali ini.

Dengan pengalamannya yang luas di militer, Dody juga turut menerapkan pendekatan strategis dalam memimpin kontingen. Ia membagi tugas dengan baik, memastikan setiap bagian dari tim, baik atlet maupun pendukung, bekerja selaras demi mencapai hasil terbaik. Persiapan fisik, mental, dan logistik semuanya diperhatikan dengan detail yang teliti, sama seperti saat ia memimpin pasukan di lapangan.

Brigjen TNI Dody Triwinarto telah menegaskan bahwa keikutsertaan Sulawesi Tengah di PON XXI bukan hanya sekadar partisipasi, tetapi sebuah pernyataan bahwa provinsi ini siap bersaing di level nasional. Dengan kepemimpinannya, harapan besar masyarakat Sulawesi Tengah dibawa ke Aceh, bersama tekad untuk meraih prestasi gemilang.

Brigjen TNI Dody Triwinarto lahir di Medan, Sumatera Utara, 22 Desember 1974. Sejak 24 Juli 2024 mengemban amanat sebagai Pa Ahli Tk. II Kasad Bidang Kamkonf Komunal usai menjabat sebagai Danrem 132/Tadulako 2023-2024.

Dody lulusan Akademi Militer 1996 dan SMA Negeri 4 Medan 1993. Ia berasal dari kecabangan Infanteri (Raider). Ia Raider sejati. Pada 2013-2014, ia menjadi Dan Yonif 700/Raider. Ia terlibat langsung dalam Operasi Timombala yang memburu Santoso, Amir Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah.

Pada 2022-2023, ia dipercaya menjadi Danrem 023/Kawal Samudera kemudian Danrem 132/Tadulako. Sekarang sebagai ia Sahli TK II Kasad Bidang Keamanan dan Konflik Komunal.

Ditunjuk Gubernur Sulteng sebagai Komandan Puslatda

Keputusan Gubernur Sulteng Rusdi Mastura menunjuk Brigjen Dody tak serta merta.

“Saya menyurat kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, perihal hal itu per 29 Januari 2024 dan surat tersebut disetujui KASAD per 4 Maret 2024,” tutur Gubernur Rusdi.

Dody kemudian menyanggupi penunjukkan Gubernur Sulteng itu.

Tanggung jawab sudah diberikan, ancangan kerja digariskan. Pada 31 Mei 2024 Puslatda Sulteng dimulai. Para atlet dari 30 cabor mulai digembleng. Markas Batalyon Intanteri 711/Raksatama di bawah Brigade Infanteri 22/Ota Manasa dipilih untuk membentuk para atlet andalan Sulteng itu. Mereka dididik bak calon tentara. Kedisiplinan di semua aspek dibina. Mulai dari bangun dinihari hingga tidur malam. Semuanya teratur dan terkontrol. Jadwal latihan per cabor diatur sedemikian rupa.

Di lain pihak, ada yang mencibir. Ada yang bilang bahwa Puslatda ala militer ini menguras energi atlet. Namun Dody bergeming. Ia jalan terus.

“Saya sudah menyanggupi tanggung jawab itu Gubernur Rusdi Mastura punya target medali emas yang harus diraih atlet dari PON XXI 2024 ini. Saya berjanji memenuhi harapannya. Kita bentuk mereka berjiwa petarung dan tak mudah menyerah,” ungkap Dody.

Selama di Puslatda, para atlet didampingi bintara pelatih dan diawasi para perwira. Pukul 04.00 tiap hari, mereka dibangunkan oleh pelatih militer untuk persiapan salat Subuh. Setelah itu senam pagi, mandi pagi, sarapan, lalu apel pagi. Benar-benar seperti rutinitas calon tentara di barak pendidikan. Usai kegiatan personal, mereka kemudian diantar dengan truk militer ke titik-titik latihan sesuai cabornya. Setelah itu pada pukul 16.00 atau 17.00 mereka kembali ke Markas Yonif 711/Raksatama untuk menjalani rutinitas personal semisal mandi, ibadah dan makan malam. Tepat pukul 22.00, seluruh atlet mengikuti apel malam dan istirahat. Selama 72 hari hingga 10 Agustus 2024 para atlet menerima gemblengan luar biasa.

Soal latihan ala militer ini dikomentari oleh Asgaf Umar, Kepala Pelatih Paralayang.

“Untuk Puslatda ala militer ini kita harus berterima kasih pada Gubernur Sulteng dan Brigjen Dody. Tidak mudah membentuk disiplin seperti ini. Hanyalah institusi terlatih dan terbiasa yang bisa menangani ini. Sekarang para pilot semakin disiplin,” ujar Asgaf.

Puslatda ala Militer PON Pertama di Indonesia

Dan terbukti Puslatda ala militer itu membuahkan hasil. Sulteng berhasil mengumpulkan 35 medali.

“Ini kemenangan bagi masyarakat Sulawesi Tengah. Para atlet berjuang tanpa henti, membawa semangat sebagai petarung sejati, disertai doa dari seluruh rakyat. Kami bangga bisa memberikan sejarah baru yang diukir dengan tinta emas untuk dunia olahraga Sulteng di kancah nasional. Ini buah kerja keras kita semua. Para pelatih, pendamping dan offisial lainnya,” tutur Brigjen Dody dengan penuh haru.

Ini benar-benar sejarah baru Sulteng. Sebagai perbandingan, pada PON XIX Jabar 2016 Sulteng hanya puas dengan 4 medali perak dan 7 medali perunggu. Lalu pada PON XX Papua 2021 dengan 1 emas, 5 perak dan 6 perunggu. Sementara pada PON XXI Aceh Sumut 2024, terkumpul 8 medali emas, 7 medali perak dan 20 medali perunggu.

Mata orang-orang yang mencibir pun terbuka. Keputusan Gubernur Rusdi Mastura menunjuk Brigjen Dody sebagai Dansatgas Puslatda dan kemudian sebagai Chef de Mission (CDM) Kontingen PON Sulteng sebagai keputusan yang sangat tepat. Pasahli Tingkat II KSAD itu pun bisa bernafas lega. Tanggung jawab sudah ditunaikan. Saatnya, olahraga Sulteng kian jaya. Sulteng masih butuh perwira seperti Brigjen Dody dan Gubernur seperti Rusdi Mastura. Puslatda ala militer yang pertama di Indonesia ini layak diteruakan. ***