IDNtribune.com – Keluarga mengungkapkan enam kejanggalan dalam kematian Lettu Laut Kesehatan dr Eko Damara (31).

Korban ditemukan tewas di Poskotis Satgas Mobile RI-PNG Yonif 7 Marinir, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan pada 27 April 2024 lalu.

Lettu Laut Kesehatan dr Eko Damara adalah perwira pertama TNI Angkatan Laut (AL) asal Sumatera Utara.

Pihak keluarga mengungkapkan enam kejanggalan dari pernyataan TNI Angkatan Laut atas kematian Lettu dr Eko Damara.

Adapun keterangan TNI Angkatan Laut yang diterima keluarga Eko Damara tewas bunuh diri dengan senjata api yang ditembakkan dari kepala belakang hingga tembus ke kening bagian atas.

Berikut kejanggalan menurut keluarga Lettu Laut Kesehatan dr Eko Damara:

1. Luka Lebam dan Diduga Bekas Disundut Rokok

Abdul Sattar Siahaan, paman mendiang mengatakan, mereka menerima kabar Lettu dr Eko Damara tewas bunuh diri pada Sabtu 27 April lalu melalui panggilan telepon.

Jasad Eko tiba ke rumah duka di Stabat, Kabupaten Langkat pada 29 April kemarin.

Begitu tiba, keluarga memeriksa kondisi jenazah dan menemukan diduga memar di punggung, sundutan rokok lengan dan luka di lutut.

2. Lokasi Bunuh Diri Berubah-ubah

Kata Abdul, pada 29 April lalu TNI Angkatan Laut melalui Danyonkes menyebut Eko bunuh diri di kamar mandi.

Tapi, pada 8 Mei lalu, saat keluarga menanyakan langsung ke Asisten Intelijen TNI AL dan mendengar penjelasan kalau Eko ditemukan di kamar tidur.

“Kemudian, lokasi penemuan mayat dr Eko juga berubah, dimana awalnya di kamar mandi, kini disebut di kamar tidur,”kata Abdul.

3. Penyebab Bunuh Diri Disebut Malaria dan Utang

Komandan Batalyon Kesehatan (Danyonkes) saat tiba ke rumah duka menyebut Eko meninggal bunuh diri akibat sakit malaria.

Namun keluarga heran kenapa orang yang sedang sakit tetap memegang senjata.

Ditambah, ada pernyataan dari personel TNI AL Eko bunuh diri akibat utang yang ditanggung.

“Yang menyampaikan Danyonkes, meninggal bunuh diri karena malaria. Nah, ini juga termasuk kejanggalan kenapa orang yang sedang sakit atau apakah orang yang sedang sakit malaria boleh memegang senjata, apalagi senjata api.”

4. Tak Ada Bukti Otopsi dan Uji balistik

Keluarga Lettu dr Eko Damara menyayangkan TNI Angkatan Laut menyatakan Eko tewas bunuh diri tanpa adanya bukti maupun otopsi.

Menurut keluarga, seharusnya ada hasil otopsi jenazah, uji balistik untuk memastikan senjata yang dipakai.

“Setelah diotopsi baru dicari tahu motif dan sebagainya. Kalau itu dibuktikan, bisa ada kemungkinan bunuh diri, ditembak orang atau tertembak dia sendiri.Harusnya diotopsi, uji balistik.”

5. Buat Status Seperti Hitung Mundur Kematian

Abdul Sattar Siahaan, paman Lettu Laut Kesehatan dr Eko Damara, perwira TNI AL yang tewas di Poskotis Satgas Mobile, RI-PNG Yonif 7 Marinir, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan pada 27 April 2024 lalu menduga keponakannya tewas dibunuh, bukan bunuh diri.

Ia mencurigai, sebelum dibunuh, Eko disekap dan handphonenya disita.

Dari informasi yang didapat Abdul, Lettu Eko sempat membuat status WhatsApp seperti menghitung kematiannya.

Awalnya, dia buat status menghitung bertulis ’11 jam lagi’, kemudian disusul status bertuliskan 9 jam lagi.

Tak lama kemudian, keluarganya mendapat kabar dr Eko Damara tewas dengan kondisi kepala jebol ditembus peluru.

Menurut Abdul, keponakannya itu bukan sosok melankolis dan doyan buat status.

Sehingga, atas dasar itulah keluarga menduga Eko bukan bunuh diri.

“Asumsi kami jangan-jangan dia dipreteli, disekap dan handphone dipegang orang lain.Sebelumnya, ada status dia yang tidak wajar menurut kami,”ungkap Abdul, Selasa (14/5/2024).

“Dia gak terlalu sentimen orangnya.Dia buat status misalnya 11 jam lagi, sambil kasih emoticon senyum. Terus, 9 jam lagi. Gak lama mati,”sambungnya.

6. Bunuh Diri 29 April, Padahal Selesai Tugas di Papua dan Pulang ke Jakarta Bulan Mei

Lettu Laut Kesehatan dr Eko Damara disebut akan pulang ke Jakarta dan kembali ke kesatuannya di Batalyon Kesehatan (Yonkes) usai diperbantukan ke Papua bersama Satgas Mobile RI-PNG Yonif 7 Marinir pada bulan Mei ini.

Keluarga heran, jika disebut bunuh diri karena depresi akibat sakit malaria padahal hitungan hari lagi dia pulang.

“Bulan Mei dia akan pulang. Dia berangkat antara Juni-Juli tahun 2023 lalu.”

Sebelumnya, seorang perwira TNI Angkatan Laut (AL) bernama Lettu Laut Kesehatan dr Eko Damara (31) ditemukan tewas di Poskotis Satgas Mobile, RI-PNG Yonif 7 Marinir, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan pada 27 April 2024 lalu.

Lettu Laut Eko Damara mengalami luka tembak dari kepala bagian belakang tembus ke kening bagian atas.

Diketahui, Lettu Eko merupakan personel TNI dari Yonkes I Marinir yang diperbantukan ke Papua bersama Satgas Mobile RI-PNG Yonif 7 Marinir.

Paman Lettu Eko, Abdul Sattar Siahaan saat diwawancarai, pihak TNI Angkatan Laut menyebut keponakannya tewas bunuh diri menggunakan senjata api yang ditembakkan ke kepalanya.

Namun pihak keluarga tidak percaya Lettu Eko bunuh diri, melainkan menduga keponakannya itu tewas dianiaya, lalu ditembak hingga tewas.

Sebab, saat jenazah tiba ke Langkat pada 29 April lalu dan kain kafan dibuka, ditemukan diduga lebam bekas penganiayaan dan sundutan rokok.

“Kita menduga dia dianiaya dan dibunuh. Tetapi kan ini jujur, asumsi kami. Harus dibuktikan karena belum ada pembuktian, belum bisa disimpulkan,”kata Abdul Sattar Siahaan, saat diwawancarai, Selasa (14/5/2024). ***